Kampanye Gerakan ROSO Demi Keselamatan Bumi
Oke, demikian sedikit prolog dari saya. Sebenarnya penggunaan istilah SOLO tersebut telah memberi saya sebuah ide terkait dengan gerakan penyelamatan bumi, namanya Gerakan ROSO alias Red On Switch Off. Isu pemanasan global atau yang lebih dikenal dengan Global Warming menjadi salah satu isu yang paling santer dibicarakan oleh para pencinta lingkungan hidup termasuk saya. Tentunya kita sekarang telah merasa bagaimana suhu bumi semakin panas setiap harinya, efek penggunaan rumah kaca, penebangan hutan yang membabi buta, serta tingkat polusi yang semakin tinggi terutama di kota-kota besar di Indonesia menjadi alasan kenapa bumi semakin rusak sekarang.
Gerakan Red On Switch Off memiliki pengertian ketika lampu merah dipersimpangan jalan sedang menyala, maka masing-masing pengendara dengan kesadaran tersendiri dapat mematikan mesin kendaraannya untuk sejenak. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menekan angka polusi yang terjadi di Indonesia dimana masih banyak digunakannya bahan bakar yang beroktan rendah. Lagipula, aturan mengenai larangan menggunakan motor beremisi tinggi seperti kendaraan bermotor kategori 2 tak baru saya lihat telah diterapkan di Jakarta. Untuk kota Pontianak sendiri, masih banyak berseliweran kendaraan-kendaraan bermotor 2 tak yang sekali melintas dijalan raya asapnya sudah seperti mesin penyemprot nyamuk. Hehehe…
Tidak tahu berapa jumlah timbal (Pb) yang berasal dari asap kendaraan bermotor telah merusak dan meracuni alam ini. Kalau mau digambarkan, dalam sebuah persimpangan jalan ada berapa kendaraan yang menumpuk disitu. Itu baru satu persimpangan, sekarang kita dapat perkirakan berapa jumlah persimpangan dalam satu wilayah. Oleh karena itu, menurut saya Gerakan ROSO (Red On Switch Off) secara sedikit banyak dapat mengurangi jumlah polusi udara yang akan terjadi. (DW)
Tulisan ini diikutsertakan dalam Beatblog Writing Contest – Green Your Mind.