TPFx Pontianak
Opini

Klarifikasi Isu Larangan Jilbab Panjang oleh Ibu Menteri Rini Soemarno

×

Klarifikasi Isu Larangan Jilbab Panjang oleh Ibu Menteri Rini Soemarno

Sebarkan artikel ini
LKP Cerdas Berdaya

Seru dan hangat, sepertinya dua hal ini layak kita sematkan pada sebuah isu yang belakangan ini sedang menjadi perbincangan di media sosial yaitu mengenai larangan menggunakan jilbab panjang dan diperbolehkannya bertato asal tidak terlihat oleh Ibu Sumarni Soemarni, Menteri Perindustrian dan Perdagangan saat ini. Tapi tunggu dulu, mungkin perlu dilakukan klarifikasi mengenai redaksi kalimat diatas karena sejak pertama kali isu ini mencuat, sebenarnya tidak ada statement yang menyatakan bahwa ketentuan rekruitmen tersebut dibuat oleh Ibu Menteri melainkan oleh “sebuah BUMN”. Berikut hasil analisa sederhana Blogger Borneo menanggapi beredarnya isu tidak mendasar ini. 🙂

ASAL MULA INFORMASI

Aturan Larangan Jilbab Panjang
Sumber : Akun Twitter @estiningsihdwi

Coba perhatikan penampakan foto disamping kanan ini. Blogger Borneo pertama kali melihat foto ini muncul dari salah seorang pemilik akun twitter bernama Mbak Dwi Estiningsih. Tak lama berselang, langsung muncul pemberitaan-pemberitaan dari berbagai portal media mengenai larangan menggunakan jilbab, tidak boleh berjanggut, dan boleh bertato asal tidak terlihat yang dikeluarkan oleh Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. Tentu saja Ibu Rini Soemarno sebagai pemegang tampuk kekuasaan tertinggi di kementerian tersebut langsung mendapat respon cukup beragam dari para netizen di Indonesia.

Baca Juga:  Mendorong Penetapan Pontianak sebagai Kota Ramah Peninggalan Sejarah

Jujur saja, sejak beredarnya isu yang cukup menghebohkan ini secara spontan Blogger Borneo sempat memberikan tanggapan melalui akun media sosial yang dimiliki. Akan tetapi, lama kelamaan muncul rasa penasaran tersendiri karena isu ini terus bergulir semakin cepat dan panas. Mungkin beberapa waktu lalu kita pernah mendengar bagaimana Ustadz Yusuf Mansur langsung bereaksi keras menanggapi isu rencana ditiadakannya aktivitas berdo’a sebelum mulai belajar di sekolah. Setelah sempat menjadi perbincangan hangat di media sosial, pada akhirnya kedua pihak saling melakukan klarifikasi dan isu ini pun langsung mereda dengan sendirinya.

Sekarang bagaimana dengan kasus Mbak Dwi Estiningsih ini? Apakah “modus operandi” nya sama dengan kasus Ustadz Yusuf Mansur sebelumnya?

KLARIFIKASI PENYEBAR INFORMASI

Untuk memastikan informasi sebenarnya, Blogger Borneo mencoba untuk menelusuri satu per satu status twit yang pernah ditulis oleh Mbak Dwi Estiningsih. Dan sesuai dugaan ditemukan beberapa status klarifikasi dari Beliau mengenai isu panas yang selama ini telah beredar luas. Salah satunya Blogger Borneo tampilkan dibawah ini:

Baca Juga:  Personal Branding Ala Pejabat
Klarifikasi via Twitter
Sumber : Akun Twitter @estiningsihdwi

Nah, sepertinya sudah cukup jelas kan “modus operandi” nya seperti apa. Ternyata dalam status Twitternya Beliau mengklarifikasi bahwa foto yang diambilnya tersebut memang merupakan persyaratan rekrutmen untuk sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tapi Beliau tidak ada sama sekali menyebutkan nama BUMN itu secara spesifik, tentu saja akan timbul pertanyaan mengenai siapa yang “memodifikasi” informasi ini menjadi sebuah berita cukup menghebohkan dengan “tersangka” utamanya adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia?

Jika Blogger Borneo perhatikan bahwa untuk saat ini semakin banyak portal-portal berita online dengan nama baru mulai bermunculan. Umumnya mereka mengandalkan berita-berita seperti ini sebagai “tajuk utama”, hal ini dilakukan semata-mata demi menarik trafik tanpa memperhatikan kode etik jurnalistik. Jangankan portal berita online yang tidak jelas status perusahaan dan kepemilikannya punya siapa, terkadang portal-portal besar pun ikut-ikutan menyebarkan isu ini tanpa klarifikasi sehingga roda panas akan terus bergulir. Ya kita tahu sendirilah siapa nama besar dibelakang mereka, tentu saja pemasukan iklan akan semakin besar di isu-isu seperti ini. Sekarang kembalikan lagi kepada kita sebagai penerima informasi, apakah bisa berpikir lebih cerdas sehingga tidak sembarangan menerima mentah-mentah atau malah ikut-ikutan “terbakar” dan akan membuat mereka semakin kaya. Silahkan memilih… (DW)