Bisnis itu ibarat mobil. Semua bagian saling menyatu dan bekerja sesuai fungsinya masing-masing. Ada roda, tuas persneling, kemudi, pintu, jendela, AC, bagasi, jok, pedal gas dan rem, dan masih banyak lagi bagian lainnya. Dapat kebayang kan bagaimana ada salah satu diantara bagian itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
TOPIK UTAMA
Keseimbangan dalam Bisnis
Menjadi seorang pebisnis itu tidak mudah, apalagi jika harus memegang sebuah perusahaan dengan sumber daya yang besar. Harus pandai mengelolanya karena untuk menjadi sukses itu tidak harus memiliki semua keahlian, tapi cukup mampu memperkerjakan orang-orang yang tepat sesuai bidangnya.
Belajar dari pengalaman, melihat pergerakan sebuah bisnis ketika ingin dipandang seperti sebuah mobil Mercedes Benz namun tidak mau membayar mahal untuk menggunakan spare part asli dan berkualitas tinggi. Pada akhirnya spare part tersebut “mogok” karena merasa tidak sesuai fungsinya dan roda bisnis pun tidak bisa berjalan sesuai keinginan.
Hari Senin, bagi sebagian orang menganggapnya sebagai hari yang paling membosankan karena aktivitas rutin kembali dijalankan. Sedangkan bagi pengusaha, hari Senin seharusnya menjadi hari yang paling bersemangat karena roda bisnisnya akan kembali berputar untuk mendatangkan penghasilan. Dan kembali spare part nya harus terus berada dalam kondisi prima.
Siap Melaju dalam Tekanan
Mempersiapkan bisnis untuk dapat melaju dalam tekanan menjadi salah satu hal yang dipersiapkan oleh pemilik usaha. Jangan sampai ketika kendaraan sedang berada dalam posisi melaju, ada spare part yang lepas sehingga menganggu pergerakan bagian lainnya. Contohnya ketika sedang melaju ban depan bocor, dalam kecepatan tinggi otomatis mobil akan terguling.
Setiap kendaraan dipersiapkan untuk penggunaannya dan kapasitas menyesuaikan kemampuannya melesat di jalanan. Sama halnya dalam bisnis, kapasitas bisnis yang dijalankan sangat bergantung dengan kapasitas “mesin” dan “spare part” yang digunakan. Jangan membandingkan antara Avanza dengan AMG karena sudah pasti AMG akan melesat lebih cepat dari Avanza.
Memang dalam proses menjalani bisnis tidak instan, tetap butuh waktu dan kerja keras. Kecuali memiliki sumber daya modal yang cukup sehingga dalam waktu singkat dapat langsung meng-upgrade bisnisnya dari Avanza menjadi AMG. Kondisi ini awam terjadi dalam dunia bisnis karena para investor akan langsung berminat ketika melihat bisnis yang Anda jalankan tampak melaju dengan cepat.
Komitmen Bagian dari Profesional
Menjaga komitmen dalam bisnis itu adalah KUNCI. Masing-masing spare part memiliki komitmennya masing-masing ketika masuk menjadi bagian dari sebuah perusahaan. Bedakan antara perlakuan dengan bagian manajemen dan karyawan. Jangan melakukan wan prestasi sepihak di pertengahan jalan atas dasar alasan apapun.
Umumnya tidak memisahkan antara manajemen perusahaan dengan manajemen keluarga membuat keseimbangan operasional perusahaan menjadi terganggu. Mutasi kas keluar masuk tidak sesuai penempatannya, uang untuk bayar hutang ke supplier digunakan terlebih dahulu untuk menutupi operasional lainnya. Hal seperti ini akan membuat perusahaan goyah jika terus terjadi.
Memang jika dilihat dari luar usaha yang sedang Anda jalankan tampak sedang melaju dengan cepat, putaran uang semakin besar dan buka cabang dimana-mana. Akan tetapi bagaimana dengan kondisi internalnya? Jangan-jangan pas di pertengahan jalan satu per satu spare part nya mulai rontok, tentu saja hal ini akan memberi dampak ke perusahaan Anda sendiri.
Kesimpulan
Setiap mobil memiliki spesifikasi dan performa yang berbeda tergantung kapasitas yang dimiliki. Dan tentu saja harga untuk memperolehnya juga berbeda. Sebuah mobil Toyota tidak bisa disamakan dengan Mercedes Benz karena kapasitasnya jauh berbeda. Demikian halnya dengan bisnis, pergerakan operasional setiap harinya sangat bergantung kepada kapasitas yang dimiliki.
Dalam perjalanannya, proses upgrade mungkin dapat terjadi ketika dirasa pergerakan operasional perusahaan sudah berada pada ambang batas maksimal. Namun hal ini juga harus menjadi perhatian karena biasanya apa yang dirasa tidak sama tampaknya dengan apa yang berjalan. Ingin melihat usaha melesat cepat namun tidak mau mengeluarkan modal lebih besar, ini adalah sebuah keniscayaan.
Menjaga komitmen dalam kondisi apapun juga terkadang membuat pergerakan sebuah usaha menjadi stagnan karena merasa apa yang telah disepakati bersama sejak awal, dalam perjalanannya berubah dengan sendirinya dan dilakukan secara sepihak. Hal ini biasa terjadi di perusahaan yang masih menerapkan manajemen keluarga dimana keputusan diambil oleh salah satu pemilik atau keduanya. (DW)