Melihat Angka Kerugian Grab Membengkak Tahun 2021, Ternyata Ini Penyebabnya
Melihat begitu banyak spanduk yang menginformasikan mengenai penerimaan driver Grab Bike maupun Grab Car terpampang di beberapa sudut kota Pontianak, muncul pertanyaan dalam hati kenapa Grab kembali gencar merekrut para driver tahun ini.
TOPIK UTAMA
Grab Prioritas Investasi (Lagi)
Di tahun 2017 tepatnya di bulan Desember, Blogger Borneo ada membuat sebuah tulisan mengenai Cara Daftar Grab Pontianak karena pada saat itu Grab baru masuk ke kota Pontianak dan langsung gencar menerima para calon driver yang berminat untuk bergabung.
Seiring perjalanan waktu, Grab menjadi perusahaan startup ojek online selain Gojek yang beroperasional di wilayah kota Pontianak dan sekitarnya. Tidak terasa 5 (lima) tahun berselang dan sepertinya Grab kembali gencar merekrut para calon driver.
Mendapat update artikel dari katadata.co.id, Jum’at (04/03/2022) via email yang berjudul Pendapatan Anjlok, Kerugian Grab Membengkak Jadi Rp 15,8 Triliun, membuat Blogger Borneo penasaran untuk membacanya.
“Grab mencatatkan penurunan pendapatan 44%. Kerugian pun membengkak. Ini karena perusahaan berinvestasi untuk memberikan insentif kepada mitra pengemudi dan konsumen.” demikian kalimat ini menjadi pembuka artikel tersebut.
Pendapatan Grab Anjlok
Menurut informasi dikutip dari laman katadata.co.id tersebut, Grab mencatatkan anjloknya pendapatan sebesar 44% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 122 juta atau sekitar Rp 1,8 triliun pada kuartal akhir tahun lalu.
Kondisi ini semakin menambah besar kerugian Grab sejak awal mulai beroperasional menjadi US$ 1,1 miliar atau setara Rp 15,8 triliun.
Menurut decacorn asal Singapura ini, pendapatan turun dikarenakan perusahaan memprioritaskan untuk investasi terlebih dahulu dalam bentuk peningkatan jumlah pengemudi.
Selain itu, langkah ini diambil sebagai salah satu upaya mendukung pemulihan yang kuat dalam permintaan mobilitas. Dengan begitu maka otomatis insentif konsumen untuk mobilitas dan pengiriman turut meningkat juga.
Pihak Grab menjelaskan bahwa peningkatan kerugian menjadi US$ 1,1 miliar sudah mencakup US$ 311 juta beban bunga non-tunai terkait saham preferen yang dapat ditukar dan ditukarkan.
Peningkatan Insentif Mitra
Dalam laporan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau sering disebut dengan istilah EBITDA, terdapat penyesuaian negatif senilai US$ 305 juta.
Penyesuaian ini dilakukan karena ada peningkatan investasi berupa insentif bagi mitra pengemudi dan konsumen. Belum lagi adanya kebijakan perusahaan dalam kaitannya dengan investasi strategis di bidang-bidang seperti teknologi dan layanan keuangan.
“Kami berencana untuk berhati-hati dan disiplin dalam mengalokasikan modal, karena kami menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari bisnis sesuai permintaan, periklanan, dan layanan keuangan,” Chief Financial Officer Grab Peter Oey.
Secara keseluruhan, pendapatan Grab meningkat 44% yoy menjadi US$ 675 juta sepanjang tahun lalu. Namun nilai kerugiannya mencapai angka US$ 3,6 miliar.
Angka kerugian ini sudah termasuk US$ 1,6 miliar beban bunga non-tunai terkait dengan saham preferen yang dapat ditukarkan dan ditukarkan milik Grab yang dihentikan setelah pencatatan publik Grab.
Dan terdapat pengeluaran sebesar US$ 353 juta terkait pencatatan publik satu kali.
Nilai Transaksi Bruto Meningkat
Meskipun pada kenyataannya laporan keuangan Grab masih mencatatkan kerugian, namun nilai transaksi bruto atau GMV Grab di sepanjang tahun lalu tetap mengalami peningkatan sebesar 29% yoy menjadi US$ 16,1 miliar atau sekitar Rp 231,6 triliun.
Adapun rincian GMV Grab yang mengalami peningkatan adalah sebagai berikut:
- Layanan pengiriman seperti Grab Express dan GrabFood tumbuh 56%;
- Mobilitas seperti taksi dan ojek online turun 14%;
- Jasa keuangan naik 37%.
Di satu sisi jumlah pengguna yang bertransaksi per bulan turun 2% menjadi 24,1 juta, disisi lain GMV Grab per pengguna yang bertransaksi per bulan meningkat 31% menjadi US$ 666.
“Kami mempertahankan kepemimpinan kategori di semua vertikal inti dengan bisnis pengiriman makanan yang merupakan mayoritas di Asia Tenggara,” demikian ucap Peter menutup sesi wawancara ini. (DW)
.
Comments are closed.