Progress Pekerjaan Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Terkini
BloggerBorneo.com – Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah proyek kereta cepat yang direncanakan untuk menghubungkan Jakarta dan Bandung dalam waktu sekitar 45 menit.
Proyek ini merupakan proyek kereta cepat pertama di Indonesia dan dilakukan oleh perusahaan China, yakni China Railway Corporation (CRC).
TOPIK UTAMA
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung
Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memiliki nilai investasi sekitar US$ 5,9 miliar dan diharapkan dapat mengurangi kemacetan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek serta meningkatkan konektivitas antara kedua kota. Proyek ini juga diharapkan dapat meningkatkan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar.
Namun, proyek ini juga menghadapi beberapa tantangan, seperti permasalahan pembebasan lahan, masalah teknis dan birokrasi, serta kekhawatiran terkait dampak lingkungan.
Beberapa kelompok masyarakat juga mengkritik proyek ini, karena dianggap tidak memprioritaskan kepentingan rakyat dan lingkungan.
Meskipun begitu, Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung terus dilanjutkan dan diharapkan dapat selesai pada tahun 2022.
Jika berhasil, proyek ini dapat menjadi tolak ukur bagi proyek-proyek infrastruktur lainnya di Indonesia, terutama dalam menghadapi tantangan dan menyelesaikan masalah yang muncul dalam proyek-proyek besar.
Kondisi Terbaru
Menurut laporan terbaru, progres konstruksi proyek ini telah mencapai 74,87% pada akhir tahun 2021. Meskipun proyek ini mengalami beberapa kendala di masa lalu, termasuk permasalahan pembebasan lahan dan masalah teknis, proyek ini terus berjalan dan diharapkan selesai pada tahun 2022.
Sejauh ini, pembangunan jalan-jalan akses dan pembangunan jalur kereta cepat telah mencapai tahap akhir. Selain itu, pembangunan jembatan dan terowongan juga telah selesai sebagian besar, dan pembangunan stasiun dan fasilitas lainnya masih terus berlangsung.
Selama pandemi COVID-19, proyek ini juga mengalami beberapa keterlambatan karena pembatasan pergerakan dan masalah pasokan material.
Namun, pemerintah Indonesia dan perusahaan China yang terlibat dalam proyek ini telah bekerja sama untuk mengatasi masalah ini dan proyek ini tetap berjalan.
Sekarang, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung masih dalam tahap pembangunan dan diharapkan akan selesai pada tahun 2022.
Setelah selesai, kereta cepat ini diharapkan dapat membantu meningkatkan konektivitas antara Jakarta dan Bandung serta memberikan manfaat ekonomi bagi kedua kota dan sekitarnya.
China Minta Jaminan APBN
Pada tahun 2020, China Railway International Co. Ltd. (CRI) selaku kontraktor utama proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung meminta jaminan pemerintah Indonesia dalam bentuk anggaran belanja negara (APBN) sebesar US$ 700 juta sebagai syarat untuk melanjutkan proyek ini.
Permintaan jaminan ini terkait dengan masalah keuangan yang dihadapi oleh CRI sebagai kontraktor utama, yang mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari bank-bank karena dampak pandemi COVID-19.
Permintaan jaminan ini disampaikan oleh CRI kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian BUMN. Namun, Pemerintah Indonesia menolak permintaan jaminan tersebut dan menyatakan bahwa proyek ini harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebelumnya.
Pemerintah Indonesia juga menyatakan bahwa kontraktor harus mencari solusi sendiri untuk mengatasi masalah keuangan yang dihadapi.
Setelah itu, pada akhirnya CRI menyatakan bahwa mereka akan melanjutkan proyek ini tanpa jaminan dari pemerintah Indonesia.
Meskipun begitu, hal ini menunjukkan adanya permasalahan dalam proyek ini terkait dengan masalah keuangan dan peran serta pemerintah dalam mendukung proyek infrastruktur besar seperti ini.
Efek Menjaminkan APBN
Pada dasarnya, meminta jaminan dari pemerintah dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah hal yang wajar dalam proyek infrastruktur besar seperti kereta cepat. Namun, efek dari permintaan jaminan dari China terhadap APBN Indonesia dapat memiliki beberapa implikasi.
Pertama-tama, permintaan jaminan APBN dari China menunjukkan bahwa negara tersebut mungkin menganggap risiko proyek kereta cepat Jakarta Bandung di Indonesia cukup tinggi sehingga membutuhkan jaminan untuk melindungi investasinya.
Hal ini dapat mempengaruhi persepsi investor asing lainnya terhadap investasi di Indonesia, terutama dalam proyek-proyek infrastruktur yang membutuhkan investasi besar.
Kedua, meminta jaminan dari APBN dapat mengalihkan beban risiko proyek dari pihak investor ke pemerintah.
Dalam hal ini, jika proyek kereta cepat mengalami kerugian atau kegagalan, pemerintah Indonesia harus membayar kerugian tersebut melalui APBN. Oleh karena itu, hal ini dapat menimbulkan risiko fiskal bagi pemerintah, terutama jika proyek tersebut tidak berjalan dengan baik.
Ketiga, permintaan jaminan dari China dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam hal pembangunan infrastruktur.
Kesimpulan
Pemerintah Indonesia mungkin harus mempertimbangkan apakah mereka ingin menerima investasi asing dengan persyaratan jaminan APBN atau mencari alternatif lain untuk mendanai proyek-proyek infrastruktur yang lebih memprioritaskan penggunaan sumber daya lokal.
Secara keseluruhan, permintaan jaminan APBN dari China dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap proyek kereta cepat Jakarta Bandung dan kebijakan infrastruktur di Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus mempertimbangkan dengan hati-hati implikasi jangka panjang dari permintaan tersebut sebelum membuat keputusan. (GPT)
Comments are closed.