Wisata Pulau Derawan, Pengalaman Pertama Berkunjung ke Pulau Sang Perawan
BloggerBorneo.com – Tidak terasa satu malam telah berlalu, meski mata ini telah berusaha untuk bangun sesuai waktu alarm handphone yang telah disetel berdering pada jam 04.00 WIB namun kenyataannya badan ini sulit untuk digerakkan.
Sepertinya perjalanan 12 jam dari Pontianak menuju Tarakan sehari sebelumnya cukup menguras energiku. Sempat terlelap kembali, akhirnya gedoran pintu dari Mas Budi membangunkan tidurku. Memang suasana kamar Hotel Tarakan Plaza sungguh membuat nyaman beristirahat.
TOPIK UTAMA
Wisata Pulau Derawan
Sebenarnya selain melalui jalur Tarakan, melalui Berau ke Derawan juga mungkin untuk dilakukan. Akan tetapi melihat kondisi jarak dan biaya ke Pulau Derawan maka pada perjalanan kali ini Blogger Borneo menggunakan jalur ini.
Melihat ke jam tangan, waktu sudah menunjukkan jam 07.00 WIT. Seketika saya langsung bergegas untuk mandi dan sarapan pagi sebelum melanjutkan perjalanan ke Pulau Derawan.
Menurut Bang Daud, kami sudah harus bergerak menyeberang paling lama jam 08.00 WIT karena kondisi musim angin selatan yang terjadi pada bulan Juli-Desember agak kurang bersahabat.
Dermaga Pelabuhan Tarakan
Sesampainya di dermaga pelabuhan Kota Tarakan, saya sempat bengong ketika melihat kendaraan yang akan kami gunakan untuk menyeberang.
Sebuah speed boat berwarna biru berukuran sekitar 5 meter x 2 meter tampak tertambat dipinggir tangga dermaga. Setelah semua tas dan perbekalan dimuat dalam speed boat tersebut, perlahan namun pasti kami mulai bergerak menjauhi dermaga.
Dengan kapasitas mesin 40 PK, diperkirakan perjalanan menuju Pulau Derawan akan memakan waktu sekitar 2-3 jam. Itupun masih sangat tergantung dengan kondisi angin dimana ketika bertiup cukup kencang, maka gelombang air laut akan menjadi hambatan.
Dan benar seperti apa yang diperkirakan, kondisi langit mendung mengiringi keberangkatan kami menuju Pulau Derawan. Perasaan senang, bimbang, dan takut bercampur aduk ketika speed boat yang kami tumpangi mulai terasa oleng dan terombang ambing oleh gelombang air laut.
Melihat sekeliling, sudah tidak tampak lagi pemandangan apapun. Hanya terlihat ujung permukaan laut diatas garis langit yang tidak dapat diperkirakan jauhnya, mulai berdo’a dalam hati agar perjalanan ini selalu dilindungi Allah SWT.
Meski begitu, sempat mengambil pose happy untuk membuang sedikit rasa was-was ketika berada ditengah laut. Dan dalam hitungan ketiga, cheerrrsss…
Tidak terasa 2,5 jam sudah berlalu, tampak dari kejauhan bayang-bayang Pulau Derawan sudah mulai terlihat. Mulai mencoba mengambil dokumentasi video ketika diperkirakan setengah jam lagi sampai di lokasi.
Sungguh perjalanan yang cukup melelahkan, akan tetapi langsung terbayar dengan segala keindahan yang disuguhkan Pulau Derawan. Alhamdulillah, selang beberapa waktu kemudian kami sudah bersandar disalah satu dermaga yang ada.
Sambil menyusuri titian dermaga, saya melihat ratusan ikan berenang dengan bebas kesana kemari. Dasar perairan yang dangkal menyebabkan saya dapat melihat dengan jelas beberapa jenis hewan air disitu, bahkan sesekali tampak beberapa penyu muncul kepermukaan.
Sungguh pemandangan yang menarik dan langka menurut saya, serasa pada saat itu saya sedang berada diatas akuarium ikan yang sangat luas. Hanya bisa tertegun dan berucap Subhanallah… Maha Besar Allah dengan Segala Ciptaan-Nya.
Kondisi Pulau Derawan
Begitu sampai di halaman resort, saya bersama Bang Daud duduk beristirahat sejenak. Sambil menunggu Mas Budi menyelesaikan proses administrasi penginapannya, saya berkeliling untuk mengambil beberapa dokumentasi.
Tidak lupa, sebelum menuju kamar penginapan saya mengambil gambar dengan latar belakang restoran resort wisata Pulau Derawan agar tidak terkesan NO PICTURES HOAX… Hehehehe…
Pulau Derawan Resort
Untuk kamar penginapan wisata Pulau Derawan sendiri, ada dua tipe yang dipersiapkan yaitu: tipe personal (berbentuk kamar) dan tipe family (berbentuk rumah). Blogger Borneo sendiri menempati penginapan berbentuk kamar.
Perjalanan ke Kampung Nelayan
Hari sudah menjelang sore, setelah sempat beberapa saat beristirahat di kamar penginapan kamipun memutuskan untuk berjalan-jalan ke kampung nelayan. Kampung nelayan ini jaraknya tidak terlalu jauh dari resort dimana kami menginap, hanya dibutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk mencapai kesana.
Karena kebetulan kami datang bukan pada musim liburan maka dilihat sekilas kampung beralaskan pasir putih ini tampak sepi. Hal ini tampak berbeda pada saat momen lebaran beberapa waktu lalu.
Menurut informasi dari salah seorang warga disitu bahwa pada saat musim liburan kemarin ada sekitar lebih dari seribuan orang datang berkunjung ke pulau ini.
Selama sebulan, para pengunjung datang silih berganti. Selain resort dan penginapan, rumah-rumah warga pun menjadi tempat singgah bagi para pengunjung sehingga sejak satu bulan sebelumnya rumah mereka telah berstatus full booked.
Melihat hal ini jadi terbayang dengan kondisi pulau-pulau di Kalimantan Barat, seperti: Pulau Lemukutan dan Pulau Kabung. Selain Pulau Randayan, sebenarnya kedua pulau yang letaknya saling berdekatan ini memiliki potensi untuk dijadikan obyek wisata bahari.
Hanya saja, tidak tahu kenapa sampai saat ini potensi alam tersebut belum tergarapkan. Ya kalau hanya berharap dengan pemerintah, jangan berharap hal ini akan terwujud dengan cepat.
Tidak terasa setelah sekian lama melangkah, perut kami mulai terasa keroncongan. Tanpa pikir panjang lagi kami langsung singgah disalah satu rumah makan seafood terdekat.
Melihat daftar menu dimeja, kami langsung memilih apa yang hendak disantap. Setelah satu malam sebelumnya kami berpesta kepiting di Kota Tarakan, sepertinya untuk saat ini sajian Ikan Kakap dan Udang Goreng akan menjadi pilihan. Mantapppp…
Sebenarnya dari saya sendiri, sejak awal menginjakkan kaki di Kota Tarakan sudah berniat untuk mencicipi segala sajian hidangan laut yang tersedia. Jadi sempat saya berprinsip dalam hati bahwa selama saya berada disini, jangan pernah menyentuh daging sapi, kambing, maupun ayam. Yang akan saya makan hanya kepiting, ikan, dan udang. Jadi manusia laut deh…
Tidak lama kemudian, pesanan kami sudah tampak terhidang didepan mata. Untuk sayurannya, kembali Cah Kangkung menjadi andalan. Coba teman-teman perhatikan bagaimana rupa kedua menu tersebut?
Meski hanya dimasak secara sederhana (baca: digoreng), umur ikan dan udang yang baru beberapa jam ditangkap telah memberikan sensasi rasa yang berbeda. Ditambah lagi dengan ulekan sambal cabe rawit menambah kenikmatan kami bersantap.
Alhamdulillah… selang beberapa saat kemudian misi kampung tengah selesai dilaksanakan. Tujuan berikutnya adalah mencari cinderamata yang bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Seperti biasa, anak dan istri masing-masing memperoleh jatah satu setel baju bertuliskan Derawan Island. Tidak lupa juga saya membeli tasbih dan beberapa gelang tangan yang terbuat dari bahan akar bahar.
Setelah selesai berkeliling kampung, sekarang saatnya kami kembali menuju penginapan. Masih ada tiga tujuan lagi yang akan ditempuh esok hari sebelum kami meninggalkan Pulau Derawan, yaitu: Pulau Maratua, Pulau Kakaban, dan Pulau Sangalaki. (DW)
[…] tahu mengenai cara menuju Pulau Derawan bisa langsung membaca info lengkapnya di tulisan mengenai Pulau Derawan. […]
[…] Kepulauan Derawan terletak cukup jauh dari Ibu Kota Nusantara, keindahannya tidak boleh dilewatkan. Pengalaman […]