BloggerBorneo.com – Delapan tahun sudah saya melihat bangunan besar nan luas itu berdiri di kawasan Jl. Abdurachman, delapan tahun juga saya merasa sepertinya bangunan itu tidak berfungsi seperti nama “megah” yang disandangnya.
Jika diperhatikan, dalam satu bulan hanya ada beberapa kali kegiatan besar diselenggarakan ditempat ini. Bahkan mungkin ada kalanya bangunan tersebut tidak ada yang menggunakan.
Pontianak Convention Center
Blogger Borneo pernah mendengar bahwa biaya sewanya cukup mahal, atau karena ada faktor lain sehingga hanya sebagian kecil masyarakat kota Pontianak saja yang pernah menjadikan venue ini sebagai tempat menyelenggarakan acara.
Saya sendiri terakhir menginjakkan kaki disini ketika menghadiri Konser Amal Opick for Palestine pada malam pergantian tahun lalu, untuk sebelumnya paling pameran-pameran komputer saja yang pernah saya hadiri.
Gambar diatas merupakan wujud lokasi sama sebelum gedung Pontianak Convention Center dibangun, mungkin bagi para generasi muda yang lahir diatas tahun 2003-2004 tidak pernah bisa lagi melihatnya karena telah berganti wujud.
Saya sendiri masih ingat pernah beberapa kali mengunjungi tempat ini, dua event yang paling sering diselenggarakan disini adalah Pekan Raya Pontianak dan Pasar Juadah Bulan Ramadhan.
Nah, di tahun 2004 wujud Gedung Arena Remaja Pontianak berubah menjadi seperti gambar diatas. Sebuah plang besar bertuliskan “Pontianak Convention Center” tampak jelas tertera didepan bangunan tersebut. Mengisyaratkan sebuah pemikiran bahwa fasilitas umum ini hanya bisa digunakan oleh pihak-pihak yang mampu menyewanya, jika tidak silahkan mencari alternatif tempat lain. Hhhhmmm……
Saya sendiri pernah mengalami kejadian serupa dimana pada saat itu saya memiliki rencana untuk menyelenggarakan kegiatan seminar terkait pemanfaatan internet dan teknologi informasi dengan membawa satu nama komunitas online di Pontianak.
Karena kebetulan disaat yang bersamaan akan diselenggarakan pula pameran komputer terbesar di Kalimantan Barat disitu, maka saya berniat untuk “menumpang” event dengan harapan biaya sewa ruangan untuk pelaksanaan seminar dapat diminimalisir.
Lagipula karena temanya masih sama-sama teknologi informasi sepertinya tidak akan terlalu menjadi masalah jika saya menumpang disitu.
Akan tetapi, setelah menemui Ketua Pelaksana Penyelenggara Pameran Komputer Terbesar di Kalimantan Barat pada saat itu, ternyata jauh panggang dari api. Meski membawa nama komunitas, tetap saja biaya sewa yang dibebankan masih cukup tinggi menurut saya.
Dalam hati saya langsung berpikir, dapat darimana komunitas uang sebanyak itu. Kalau masih sepertiganya saja kemungkinan saya masih bisa mencari sumber pembiayaannya. Ujung-ujungnya saya mundur teratur dan akhirnya kegiatan tersebut batal diselenggarakan.
Mungkin saya juga tidak menyalahkan ketua pelaksananya karena menurut beliau, itulah biaya yang dibebankan oleh Pemerintah Kota Pontianak selaku pemilik aset seluas + 24.080 M2 tersebut.
Saya kembali berpikir, kalau sistemnya seperti ini saya yakin Pontianak tidak akan mampu berkembang. Padahal kita tahu bahwa Kalimantan Barat memiliki aneka ragam produk lokal yang masuk dalam kategori Industri Kreatif dan mulai tahun ini pemerintah pusat telah membuat kebijakan baru mengenai pengembangan hasil industri kreatif secara nasional.
Sepertinya salah satu peluang untuk memperkenalkan Kalimantan Barat ke dunia luar semakin lebar, dengan hasil-hasil produk yang dimiliki saya yakin Kalimantan Barat dapat lebih maju dan berkembang. Dan alangkah baiknya jika nama PONTIANAK CONVENTION CENTRE diganti menjadi PONTIANAK CREATIVE CENTRE. Aminnnn… (DW)
Sumber Gambar:
- http://twitrpix.com/403x