Secara pribadi, saya menilai jalan cerita film ini terlalu sulit untuk dicerna dan dipahami oleh masyarakat luas. Mungkin dari sudut pandang sang sutradara alur cerita yang dibuat memiliki maksud dan tujuan yang positif, tapi apakah para penonton akan memiliki sudut pandang yang sama setelah melihat film tersebut?
Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa setelah menontonnya mereka akan langsung mencerca, menghujat, bingung, ragu, dan lain-lain. Satu hal yang harus dipahami adalah saya bukanlah seorang sineas dan saya bukanlah seorang ahli agama. Oleh karena itu, sejujurnya saya benar-benar bingung film ini maksudnya apa???
Kita adalah negara yang menganut paham demokrasi dimana masing-masing masyarakat diberi kebebasan dalam memeluk dan melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang telah diatur dalam undang-undang. Jangan hanya karena sebuah film yang memiliki alur cerita “terlalu dalam” masyarakat menjadi bingung dan terpecah-pecah.
Memang jika saya lihat di website Film Tanda Tanya, film ini memiliki maksud dan tujuan yang positif. Itu dapat dilihat dari isi sinopsis filmnya yang saya ambil dari websitenya, dibawah ini kutipannya:
Keberagaman dan toleransi merupakan dua hal yang saling terkait, terutama jika menyangkut masalah keagamaan dan suku bangsa. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan berbagai macam etnis dan kebudayaan, memiliki banyak kisah perihal toleransi yang menarik untuk diangkat dalam tayangan layar lebar. Hanung Bramantyo sebagai seorang sutradara kawakan tergerak untuk dapat menghadirkan kisah dengan latar belakang perbedaan ini kepada masyarakat Indonesia. Untuk itu Mahaka Pictures dan Dapur Film akan, meluncurkan film tersebut pada 7 April 2011 di bioskop-bioskop Indonesia. Film ke 14 Hanung Bramantyo ini mengisahkan tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar Baru, dimana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.
Dikisahkan bahwa terdapat 3 keluarga dengan latar belakang yang berbeda. Keluarga Tan Kat Sun memiliki restauran masakan Cina yang tidak halal, Keluarga Soleh, dengan masalah Soleh sebagai kepala keluarga yang tidak bekerja namun memiliki istri yang cantik dan soleha, Keluarga Rika, seorang janda dengan seorang anak, yang berhubungan dengan Surya, pemuda yang belum pernah menikah. Hubungan antar keluarga ini dalam kaitannya dengan masalah perbedaan pandangan, status, agama dan suku, akan dipaparkan secara menarik dalam film berdurasi 100 menit.
MENUJU SEBUAH KEYAKINAN YANG HAKIKI, demikian headline dari sinopsis tersebut. Jika dilihat secara sepintas tidak ada yang aneh dengan isi cerita film tersebut, yang menjadi masalah adalah ketika saya menonton film tersebut ternyata alur ceritanya sama sekali membingungkan. Ada beberapa poin utama yang menjadi pertanyaan besar dalam diri saya, yaitu:
PERTANYAAN PERTAMA
Seorang wanita muslimah memutuskan untuk bercerai dikarenakan tidak tahan melihat suaminya melakukan poligami. Sebenarnya tidak ada yang salah disini karena wanita mana yang rela dimadu, hanya saja kelanjutan dari cerita ini adalah wanita muslimah tersebut pada akhirnya memutuskan menjadi seorang murtad dan menikah dengan laki-laki non muslim. Maksud dari cerita ini apa yach???.
PERTANYAAN KEDUA
Seorang muslim memutuskan untuk rela menjadi pemeran Yesus dalam sebuah drama paskah di sebuah gereja. Meski pada akhirnya muslim tersebut menyesal dengan apa yang telah dilakukannya namun apakah karena sangat berkeinginan untuk mendapat sebuah peran seorang muslim tersebut harus sampai menggadaikan akidahnya. Maksud dari cerita ini apa yach???.
PERTANYAAN KETIGA
Seorang wanita muslimah karena terhimpit oleh keadaan ekonomi dengan rela hati bekerja disebuah restoran dimana terdapat beberapa menu yang termasuk dalam kategori HARAM. Apakah harus mengambil jalan itu sebagai jalan keluarnya. Maksud dari cerita ini apa yach???.
Ketiga pertanyaan tersebut sebenarnya sudah dijawab oleh Hanung Bramantyo sendiri dalam beberapa sesi debat terbuka yang diadakan oleh beberapa media yang ada. Mungkin jawaban-jawaban dari ketiga pertanyaan tersebut tidak akan saya tuliskan disini karena postingan saya akan menjadi sangat panjang nantinya.
Hanya saja secara keseluruhan saya kira apa yang dimaksudkan oleh sang sutradara tidak akan bisa dicerna masyarakat secara gamblang. Oleh karena itu, menurut saya hanya ada dua langkah yang bisa diambil yaitu hentikan penayangan film tersebut atau sang sutradara menjelaskan secara gamblang kepada seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali dimanapun mengenai maksud dan tujuan dibuatnya film tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya. (DW)