Alun-Alun Kota Tangerang dan Masjid Jami Kalipasir, Kunjungan Hari Terakhir
BloggerBorneo.com – Meski sudah diajak berkeliling ke beberapa obyek wisata yang ada di kota Tangerang, yaitu: Kuliner Laksa, Kampung Bekelir, dan Jembatan Berendeng, Blogger Borneo masih merasa penasaran dengan satu lokasi lagi yaitu masjid tertua di Tangerang.
Kalau tidak salah dengar ketika sedang berada di bis pada saat berkeliling, dari pihak Aeropolis Intiland ada mengatakan jika satu lokasi yang akan dikunjungi selain ketiga obyek wisata diatas adalah masjid tertua di kota Tangerang.
TOPIK UTAMA
Masjid Jami Kalipasir Tangerang
Mungkin dikarenakan waktunya tidak terkejar, makanya agenda kunjungan ke masjid tersebut dibatalkan.
Begitu pulang ke Swift Inn Aeropolis Tangerang, Blogger Borneo pun langsung mencari informasi mengenai keberadaan masjid tertua di kota Tangerang tersebut. Alhamdulillah dalam waktu singkat, proses pencarian membuahkan hasil. Nama masjid tersebut adalah Masjid Jami’ Kalipasir.
Waktu menunjukkan pukul 4 pagi ketika Blogger Borneo terbangun karena alarm hape berbunyi dengan cukup nyaringnya.
Hari ini merupakan hari terakhir di Tangerang karena jam 1 siang nanti sudah harus bergerak menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk kembali ke kampung halaman tercinta.
Dan karena masih cukup pagi, maka Blogger Borneo mengagendakan terlebih dahulu berkunjung ke tempat dimana masyarakat kota Tangerang berkumpul di hari Minggu pagi.
Kembali Mbah Google menjadi rujukan, dari hasil pencarian diperolehlah informasi lokasi tersebut adalah Alun-Alun Kota. Tepat jam 6 pagi Blogger Borneo meluncur menuju lokasi dengan menggunakan Abang Gojek.
Alun-Alun Kota
Wisata Alun-Alun Kota Tangerang adalah salah satu tempat wisata yang berada di Desa Sukarasa, Kecamatan Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Indonesia.
Tempat ini ramai dikunjungi masyarakat Tangerang pada hari Minggu atau libur. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan disini, antara lain: Senam Aerobik, Jogging, Badminton, Latihan Bola, Panjat Tebing, Basket, dan lain sebagainya.
Alun-Alun Kota Tangerang atau yang lebih dikenal dengan Alun-Alun Ahmad Yani ini letaknya sangat strategis di tengah kota. Lokasi ini sering digunakan masyarakat untuk sekedar lari pagi bahkan biasa juga digunakan untuk latihan paskibraka.
Selain itu, dijadikan sebagai tempat olahraga bagi sekolah-sekolah di sekitarnya, seperti SMP N 1 Tangerang. Dan tak jarang menjadi tempat penyelenggaraan event tertentu, misalnya acara tujuh belasan.
Beberapa fasilitas yang dimiliki Alun-Alun Kota Tangerang, antara lain: Area Parkir Kendaraan, Mushola, Kamar Mandi, Tempat Istirahat, Warung Makan, Wahana Olahraga, Jogging Track, dan masih banyak lagi lainnya.
Masjid Jami Kalipasir
Melihat posisi matahari sudah semakin tinggi, Blogger Borneo memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Masjid Jami Kalipasir.
Dengan ditemani driver Gojek, kami berdua melaju menembus keramaian lalu lintas di jalanan Kota Tangerang. Menurut titik lokasi di peta Google Maps, masjid tertua di Tangerang ini berada di pinggiran kawasan Pasar Lama.
Menurut informasi dari Wikipedia Indonesia, Masjid Jami Kalipasir adalah masjid tertua di Kota Tangerang dan termasuk sebagai peninggalan Kerajaan Pajajaran.
Masjid ini berada di sebelah timur bantaran Sungai Cisadane, tepatnya di tengah pemukiman warga Tionghoa kelurahan Sukasari.
Jika diperhatikan dari bentuk bangunannya memiliki corak China. Masjid tertua di Tangerang ini mencerminkan kerukunan umat beragama pada masanya.
Hingga kini masjid yang sudah berusia ratusan tahun tersebut masih digunakan sebagai tempat beribadah. Namun, masjid ini tidak lagi digunakan untuk salat Jumat.
Sejarah Pendirian
Masjid Jami Kalipasir dibangun bersebelahan dengan Klenteng Boen Tek Bio yang saat itu sudah berdiri tegak. Masjid yang berukuran sekitar 288 meter persegi ini didirikan pada tahun 1700 oleh Tumenggung Pamit Wijaya yang berasal dari Kahuripan Bogor.
Awalnya, Tumenggung Pamit Wijaya ingin melakukan syiar Islam dari Kesultanan Cirebon ke wilayah Banten. Namun, ia singgah di Tangerang dan mendirikan sebuah masjid.
Pembangunan masjid dilakukan oleh warga muslim sekitar dan dibantu oleh warga Tionghoa. Pada tahun 1712 kepengurusan masjid dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Raden Bagus Uning Wiradilaga.
Masjid ini sudah berkali-kali direnovasi, tetapi bangunannya masih bergaya Arab, Tionghoa dan Eropa.
Saat ini, hanya dua sisi arsitektur yang masih tetap utuh dipertahankan, yaitu empat tiang di dalam masjid dan kubah kecil bermotif China. Tiang tersebut terbuat dari kayu dan tampak mulai keropos sehingga harus disanggah dengan sejumlah besi.
Keunikan Masjid
Selain menjadi tempat ibadah dan syiar agama, Masjid Jami Kalipasir memiliki nilai sejarah yang tinggi. Masjid ini menjadi tempat akulturasi budaya dan saksi perjuangan anak bangsa melawan penjajah.
Selain itu, dari segi bangunan, menara masjid ini mirip dengan pagoda Tiongkok. Ada juga acara arakan minitur perahu yang digelar oleh masjid ini dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad.
Arakan perahu dilakukan sebagai simbol tibanya para sesepuh Islam di Sungai Cisadane Kota Tangerang. Arakan tersebut dimulai sejak tahun 1926 dengan mengisi perahu dengan berbagai buah-buahan.
Hal unik lain adalah bentuk saf yang miring dibandingkan dengan arah masjid. Bentuk saf tersebut ada sejak awal pendirian masjid. Hal ini dikarenakan jika masjid dibangun sesuai arah kiblat maka rumah di sekitar masjid akan terbongkar.
Alhamdulillah perasaan Blogger Borneo sekarang sudah lebih tenang karena keinginan untuk berkunjung ke masjid tertua di kota Tangerang telah tercapai.
Melihat jam tangan, jarum pendek sudah menyentuh angka 11. Masih menyisakan 2 jam lagi sebelum jadwal menuju bandara.
Tanpa pikir panjang, langsung buka aplikasi Gojek. Tak lama berselang, sang driver pun datang dan membawa Blogger Borneo kembali ke Swift Inn Aeropolis Tangerang. Sampai ketemu lagi Tangerang, Insya Allah kita akan berjumpa lagi di lain kesempatan. Amin… (DW)
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Kali_Pasir
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Tangerang