Rumah Mimpi Taman Gitananda, Dulu, Kini, dan Nanti
TOPIK UTAMA
Rumah Mimpi Taman Gitananda
Jika ditanya dimana letak Komplek Taman Gitananda, mungkin hanya 50 persen orang Pontianak yang tahu. Jika ditanya dimana letak Rumah Mimpi, mungkin hanya 30 persen saja yang tahu. Jika ditanya apakah pernah berkunjung ke Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda, rata-rata mereka akan mengatakan tidak pernah.
Ternyata untuk saat ini, salah satu open public space yang ada di kota Pontianak ini sudah mulai dilupakan orang. Meskipun berada dilokasi perkotaan, keberadaannya yang agak tersembunyi masuk kedalam menyebabkan banyak orang yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya kota Pontianak memiliki sebuah kawasan yang dapat digunakan untuk bersantai, belajar, dan berkreasi.
Kurang terawat, kotor, dan menyeramkan, mungkin demikian komentar saya begitu menginjakkan kaki disini setahun yang lalu. Berawal dari keinginan untuk mencari base camp bagi Komunitas Blogger Pontianak (BELETER), saya bertemu dengan seorang sahabat yang menjadi pengelola tempat tersebut. Setelah melakukan diskusi mengenai syarat pemakaian tempat serta biaya sewa pertahunnya, maka sejak saat itu Komunitas BELETER resmi menempati salah satu ruangan di Rumah Mimpi.
Rumah Komunitas
Jika dilihat secara sepintas, kawasan seluas + 1,5 hektar ini memang masih terkesan kurang terawat, banyaknya pohon-pohon besar yang tumbuh disertai dengan kurangnya penerangan di malam hari semakin menambah kesan angker tempat ini.
Padahal jika kita menyempatkan diri untuk singgah di siang hari, kita akan dapat merasakan suasana seperti saat sedang berada di taman hutan yang tenang, damai, dan menyejukkan. Hanya saja dikarenakan sistem pengelolaan disini menggunakan sistem swadana mandiri murni, maka kegiatan pemeliharaannya masih belum dapat dilakukan secara optimal.
Untuk kesehariannya, pengelola Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda masih mengandalkan sumber dana masuk dari hasil iuran sewa setiap komunitas yang menggunakan ruangan disini. Beberapa komunitas yang masih menggunakan fasilitas Rumah Mimpi meliputi: komunitas tari, komunitas pecinta burung, komunitas fotografi, komunitas musik etnik, dan lain-lain.
Hanya saja karena komunitas penggunanya belum terlalu ramai, maka bisa dibilang jumlah uang yang diterima tidak sebanding dengan uang yang harus dikeluarkan untuk membayar biaya operasional perawatan setiap bulannya. Oleh karena itu, terkadang pengelola harus menggunakan dana pribadi untuk menutupi kekurangan semua biaya tersebut.
Bagi saya sendiri, impian untuk menjadikan Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda sebagai kawasan hijau sekaligus hotspot area sudah lama saya pendam sejak awal bernaung disini. Saya yakin jika akses internet sudah masuk ke kawasan ini, jumlah pengunjung yang akan datang semakin banyak.
Hotspot Area
Sebenarnya sudah pernah beberapa kali mencoba untuk menggunakan akses Internet Service Provider (ISP) yang ada, namun setelah berjalan ternyata apa yang didapat tidak sesuai dengan harapan. Harga paket bandwith bulanan yang masih terbilang cukup mahal menjadi salah satu kendala sehingga akses yang diperoleh tidak bisa maksimal.
Selain itu, jika seandainya akses internet yang digunakan juga cukup mumpuni, saya dan teman-teman komunitas memiliki rencana untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seminar maupun workshop mengenai penggunaan komputer dan teknologi internet dimana yang akan target peserta nantinya akan diprioritaskan kepada anak-anak sekitar yang kurang mampu dan yatim piatu.
Mungkin sesekali akan juga diselenggarakan pelatihan-pelatihan bagi kaum perempuan serta ibu-ibu rumah tangga, sebagai salah satu upaya pemerataan pengetahuan teknologi informasi bagi semua gender.
Sekolah Rumah Mimpi
Untuk saat ini, baru ada satu program nyata Rumah Mimpi yang telah dijalankan, yaitu: Sekolah Rumah Mimpi. Disini para murid yang umumnya berasal dari keluarga kurang mampu sangat merasa antusias mengikuti karena biaya yang dikenakan adalah nol rupiah alias GRATISSSS… Dan mereka juga mendapatkan paket penunjang pendidikan seperti: buku tulis, alat-alat tulis, dan lain-lain.
Sekedar hanya ingin menjelaskan bahwa semua yang diberikan tersebut dibeli dari uang sumbangan para donatur, jadi benar-benar tujuan yang ingin ditanamkan disini adalah dapat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.
Mungkin diantara teman-teman ada yang ingin mengetahui latar belakang Rumah Mimpi dari awal hingga saat ini. Dari beberapa sumber informasi yang didapat ternyata kawasan ini berstatus aset pemerintah kota Pontianak yang hak pengelolaannya diberikan kepada pihak ketiga dengan masa Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun.
Hak Guna Bangunan
Jadi sejak terhitung tahun 1995, kawasan ini selalu ramai dikunjungin oleh para orang tua yang ingin membawa anaknya untuk bermain dan belajar disini.
Akan tetapi, seiring perjalanan ruang dan waktu, kondisinya mulai berubah. Setelah 16 tahun terlewati, semua konsep yang telah dipelihara sejak awal telah memudar. Hilang sudah nuansa taman bermain yang indah dan menarik dipandang, yang tersisa hanyalah puing-puing kebahagiaan para anak-anak yang dulunya pernah berada disini.
Secara kebetulan, teman saya Muhammad Irhamna ternyata masih menyimpan beberapa dokumen yang terkait dengan Rumah Mimpi. Dan setelah melihat beberapa dokumentasi tersebut, saya sempat terkejut karena gambaran Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda tempoe doeloe sangatlah menakjubkan. Coba perhatikan beberapa gambar dibawah ini:
Bagaimana pendapat teman-teman mengenai gambar diatas, sangat luar biasa bukan?. Kalau mau dibandingkan, pemandangannya tampak sangat jauh berbeda. Dari sini saya langsung berpikir mengenai perubahan-perubahan apa yang harus dilakukan seandainya nanti Komunitas BELETER diberi kepercayaan untuk mengelola kawasan ini. Setidaknya infrastruktur fisik dan kondisi lingkungan sekitar menjadi target pertama penyempurnaan.
Oh iya, dibawah ini ada juga saya sertakan video rekaman yang menggambarkan situasi di lingkungan sekitar Rumah Mimpi.
Oke, kami kira apa yang telah dituliskan disini sudah cukup menggambarkan bagaimana kondisi salah satu open public space di kota Pontianak yang sebenarnya. Ya bisa dibilang kami ini adalah bagian dari segelintir orang yang masih merasa peduli dengan Rumah Mimpi. Dan kedepannya kami berharap Rumah Mimpi Komplek Taman Gitananda dapat berfungsi sebagaimana tujuan awal digunakan. Aminnn… (DW)