TPFx Pontianak
Inspiratif

Raja Ali Haji Fisabilillah, Peletak Fondasi Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda II

×

Raja Ali Haji Fisabilillah, Peletak Fondasi Bahasa Indonesia dalam Kongres Pemuda II

Sebarkan artikel ini
Raja Ali Haji Fisabilillah
Image: jendelapuspita.com
LKP Cerdas Berdaya

BloggerBorneo.com – Ketika berbicara tentang asal-usul bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, nama Raja Ali Haji Fisabilillah tidak bisa diabaikan.

Tokoh yang dikenal sebagai sastrawan, ulama, dan pemikir ini berjasa besar dalam menciptakan dasar-dasar tata bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal bahasa Indonesia.

Raja Ali Haji Fisabilillah

Raja Ali Haji Fisabilillah dikenal karena karya agungnya, Kitab Pengetahuan Bahasa (1858), menjadi pedoman penting dalam perkembangan bahasa Melayu yang digunakan dalam Kongres Pemuda II tahun 1928.

Raja Ali Haji, yang lahir di Pulau Penyengat, Riau, pada awal abad ke-19, telah menunjukkan kejeniusannya dalam membangun identitas bahasa.

Ia tidak hanya mempromosikan bahasa Melayu sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai bahasa ilmiah, budaya, dan persatuan.

Kongres Pemuda II, yang melahirkan Sumpah Pemuda, menggunakan prinsip-prinsip bahasa Melayu yang tertata dalam karya Raja Ali Haji sebagai fondasi bahasa persatuan: bahasa Indonesia.

Baca Juga:  Biografi Singkat Ustadz Adi Hidayat Serta 17 Buku yang Telah Diterbitkan

Siapa Raja Ali Haji Fisabilillah?

Raja Ali Haji Fisabilillah (1808–1873) adalah seorang tokoh berdarah Bugis-Melayu yang terkenal karena kontribusinya dalam sastra dan ilmu pengetahuan.

Sebagai anggota kerajaan Kesultanan Riau-Lingga, ia tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan pendidikan Islam dan budaya Melayu.

Karya-karyanya mencakup bidang bahasa, sejarah, dan agama, menjadikannya tokoh multidimensional yang dihormati di Nusantara.

Salah satu sumbangan terbesar Raja Ali Haji adalah Kitab Pengetahuan Bahasa, yang sering disebut sebagai kamus pertama bahasa Melayu.

Buku ini tidak hanya berisi kosa kata, tetapi juga menguraikan prinsip tata bahasa yang terstruktur. Karya ini memberikan landasan kuat bagi bahasa Melayu untuk berkembang sebagai bahasa persatuan di kemudian hari.

Peran Kitab Pengetahuan Bahasa dalam Sumpah Pemuda

Dalam Kongres Pemuda II yang berlangsung pada 27-28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku di Nusantara sepakat untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Bahasa Indonesia, yang berakar pada bahasa Melayu, menggunakan prinsip tata bahasa yang tertuang dalam Kitab Pengetahuan Bahasa.

Karya Raja Ali Haji menjadi rujukan penting dalam pengembangan kosakata dan ejaan bahasa Melayu yang lebih seragam, sehingga dapat diterima oleh semua suku di Nusantara.

Baca Juga:  Uda Ajemi, Sosok Muda Pecinta IT Bertalenta dari Tanah Borneo

Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran Raja Ali Haji jauh melampaui zamannya, mempersiapkan bahasa Melayu untuk menjadi bahasa nasional yang inklusif dan modern.

Jejak Raja Ali Haji dalam Perkembangan Bahasa

Raja Ali Haji juga dikenal sebagai penulis Gurindam Dua Belas, karya sastra yang sarat dengan nilai moral dan ajaran Islam.

Karya ini memperlihatkan keahliannya dalam meramu bahasa yang indah dan bermakna. Kepiawaiannya dalam bahasa turut menginspirasi pembentukan tata bahasa Melayu yang kokoh dan berwibawa.

Tidak hanya itu, pengaruh Raja Ali Haji juga terlihat dalam penyebaran budaya Melayu melalui tulisan-tulisan ilmiah dan sastranya.

Ia berhasil menjadikan bahasa Melayu sebagai alat diplomasi dan budaya yang mempererat hubungan antara kerajaan-kerajaan di Nusantara.

Kesimpulan

Raja Ali Haji Fisabilillah bukan hanya seorang penulis atau sastrawan, tetapi juga seorang visioner yang berjasa besar dalam meletakkan dasar bahasa persatuan.

Karyanya, Kitab Pengetahuan Bahasa, menjadi pedoman penting yang mengilhami Kongres Pemuda II dalam menetapkan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa.

Baca Juga:  Habibie Afsyah, Sosok Internet Marketer Indonesia yang Selalu Menginspirasi

Melalui dedikasi dan kecerdasannya, Raja Ali Haji telah memberikan warisan tak ternilai bagi bangsa Indonesia.

Jasa-jasanya dalam membangun fondasi bahasa Indonesia patut dihormati dan terus dikenang sebagai bagian penting dari sejarah perjuangan nasional. (DW)