Hari ini, tanggal 21 April 2016, diperingati oleh bangsa Indonesia sebagai Hari Kartini. Raden Ajeng Kartini, demikian nama lengkap dari sosok seorang perempuan yang hari lahirnya dijadikan pemerintah sebagai salah satu hari bersejarah ini.
Meski berlatar belakang keluarga bangsawan dan tergolong pintar, Kartini tetap peduli terhadap nasib kaum perempuan pribumi pada saat itu.
Selama hidup, Kartini aktif membuat tulisan dan saling berkirim surat dengan sahabatnya di negeri Belanda. Semua tulisan dan surat-surat tersebut kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk buku yang kemudian diberi nama “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Tidak terasa 112 tahun berlalu, sejak Kartini wafat di usianya ke 25 ketika melahirkan putra pertama sekaligus anak satu-satunya, mungkin sudah banyak sosok-sosok perempuan lain di negeri ini yang memiliki dedikasi dan semangat perjuangan seperti Kartini.
Dokter Bercadar Jogja
Nah, di kesempatan ini Blogger Borneo berinisiatif untuk membuat satu tulisan mengenai kisah salah seorang dokter muslimah dari Jogjakarta. Merasa penasaran siapakah sosok tersebut? Baca saja kisah selengkapnya dibawah ini ya.
Sebenarnya ide untuk membuat tulisan ini baru terlintas ketika melihat timing hari ini adalah Hari Kartini. Sempat merasa bingung mengenai sosok siapa yang akan ditulis, secara tidak sengaja Blogger Borneo membaca informasi mengenai keberadaan Rumah Sehat Muslim dan Dhu’afa Jogjakarta di timeline media sosial salah seorang sahabat.
Jika dilihat sepintas, keberadaan klinik pengobatan ini tampak sama seperti klinik-klinik lainnya. Hanya saja yang membuatnya tampak berbeda adalah ketika dalam memberikan pelayanan kesehatan dan pengobatan, klinik ini tidak ada membebankan biaya sepeserpun alias GRATIS. Dan mantapnya lagi, waktu pelayanannya adalah 24 jam tanpa ada libur.
Blogger Borneo lalu berusaha untuk mencari referensi mengenai keberadaan klinik pengobatan ini. Tidak banyak informasi yang Blogger Borneo bisa dapatkan secara online, hanya ada satu pemberitaan dari salah satu laman website Tribun Jawa Barat, Selasa (19/04/2016) yang berjudul “Terinspirasi dari Sang Kakek, Dokter Muda Ini Buka Klinik Gratis buat Warga.“
Dokter Ferihana, atau lebih akrab dipanggil Dokter Hana mungkin termasuk salah satu diantara beberapa dokter di negeri ini yang masih memiliki jiwa sosial dan rasa kepedulian tinggi terhadap masyarakat disekitarnya.
Berbeda dengan para oknum dokter praktek yang biasanya menetapkan tarif mahal untuk sekali berobat, Dokter Hana justru membebaskan semua biaya pengobatan bagi para pasien yang datang ke Rumah Sehat Muslim dan Dhu’afa Jogjakarta miliknya.
Menurutnya, sejak menyandang gelar dokter belum pernah membebankan tarif berobat kepada para pasiennya. Ketika ditanya darimana sumber pemasukannya dan apakah tidak rugi, Dokter Hana hanya menjawab bahwa klinik pengobatan tersebut dibukanya secara sukarela dan sama sekali tidak memperhitungkan untung dan ruginya.
Memang terkadang sesekali ada diantara para pasien setelah berobat memberikan infak secara sukarela, namun itu digunakannya kembali untuk operasional klinik sehari-hari.
Mengenai jam layanan, dokter muslimah yang pada tahun ini berusia 35 tahun menjelaskan bahwa Rumah Sehat Muslim dan Dhu’afa Jogjakarta buka selama 24 jam tanpa mengenal libur.
“Jadi terbiasa kalau ada pasien datang tengah malam, bahkan pernah juga menjelang Subuh ada pasien yang ingin pemeriksaan,” ungkapnya.
Rumah Tua Peninggalan Kakek
Dokter Hana menambahkan, jiwa sukarela ini memang sudah tumbuh sejak dirinya masih belum menjadi seorang dokter. Sejak kuliah, Ia memang cukup aktif dalam mengisi kegiatan-kegiatan bersifat sosial, misalnya memberikan pengobatan gratis bagi masyarakat yang kurang mampu di berbagai daerah pelosok. Selain itu, Ia juga biasa menerima konsultasi kesehatan melalui SMS.
“Jadi memang sudah terbiasa seperti ini (sukarela). Semua ini terinspirasi dari kakek saya, beliau yang selalu memberikan contoh tentang menolong orang lain. Tempat praktik ini pun juga diberikan oleh kakek saya,” ungkap Hana.
Dulu waktu awal Rumah Sehat Muslim dan Dhu’afa Jogjakarta berdiri, masih merupakan sebuah bangunan rumah tua. Pada saat itu, masih banyak masyarakat merasa ragu akan keberadaan klinik pengobatan miliknya karena kondisi rumahnya tidak meyakinkan. Oleh karena itu, secara bertahap Dokter Hana melakukan renovasi agar kliniknya tampak lebih meyakinkan.
“Keraguan masyarakat awal-awal ada, bahkan saya sempat ditanyakan ijazah. Sempat dituduh bukan dokter dan macam-macam. Namun lambat laun, karena mereka butuh dokter juga, akhirnya sekarang semua sudah tidak ragu lagi,” tutur Hana.
Jika diantara kawan-kawan ada yang ingin berkunjung langsung ke Rumah Sehat Muslim dan Dhu’afa Jogjakarta miliknya Dokter Hana bisa langsung datang ke alamat: Sumberan 297, Ngestiharjo, Kasihan Bantul. Semoga kisah ini dapat memberikan inspirasi bagi para perempuan Indonesia. Selamat Hari Kartini 2016… (DW)
Denah Lokasi
Sumber Referensi:
- http://www.ferihana.com/profil-dokter/
- http://jabar.tribunnews.com/2016/04/19/terinspirasi-dari-sang-kakek-dokter-muda-ini-buka-klinik-gratis-buat-warga?page=2
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kartini