Entah kapan Blogger Borneo bisa mendapat kesempatan untuk berkunjung kota terbesar kedua di Sumatera selain Medan ini. Mencari informasi dari beberapa referensi membuat rasa penasaran untuk dapat membuat sebuah kisah perjalanan ke kota ini semakin besar. Insya Allah ketika waktunya tiba, Blogger Borneo akan menuju kesana. Amin…
Mengutip definisi dari laman Wikipedia Indonesia, kota Palembang memiliki wilayah seluas 358,55 kilometer persegi yang dihuni 1.573.898 jiwa (data tahun 2018) dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai 4.800 jiwa per kilometer persegi.
Sejarah berdirinya kota Palembang tidak terlepas dari berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Pada abad ke-9, ibu kota kerajaan bahari Buddha terbesar di Asia Tenggara ini mampu mendominasi wilayah Nusantara dan Semenanjung Malaya. Untuk dapat berkeliling di kota yang terkenal dengan kuliner empek-empeknya ini, bisa menggunakan jasa layanan rental mobil di Palembang.
Tempat Wisata Bersejarah di Palembang
Menurut prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat kota Palembang, ditemukan catatan yang menunjukkan bahwa kota ini dibentuk pada tanggal 16 Juni 688 Masehi. Dengan adanya catatan dari prasasti ini, dapat disimpulkan bahwa Palembang masuk dalam kategori kota tertua di Indonesia. Sedangkan menurut bangsa luar, mereka menjuluki kota Palembang sebagai Venice of the East (Venesia dari Timur).
Ketika datang ke kota Palembang, ada banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi. Berikut adalah 5 (lima) tempat wisata bersejarah di Palembang, antara lain:
1. Bukit Siguntang
Bukit Siguntang, terkadang juga disebut Bukit Seguntang merupakan sebuah bukit kecil dengan ketinggian 29-30 meter diatas permukaan laut yang jaraknya sekitar 3 (tiga) kilometer dari pinggiran Sungai Musi. Dari pusat kota, berjarak sekitar 4 (empat) kilometer. Untuk menuju tempat wisata bersejarah di Palembang ini dapat menggunakan angkutan umum dengan tujuan Bukit Besar.
Di kawasan Bukit Siguntang Palembang dapat dilihat beberapa temuan purbakala yang masih ada kaitannya dengan kerajaan Sriwijaya. Sebagai kerajaan yang sempat berjaya pada kurun waktu abad ke-6 sampa ke-13 Masehi, banyak peninggalan artefak dan beberapa makam keturunan raja dapat dikunjungi di puncak bukit. Tempat ini sering didatangi masyarakat setempat untuk tujuan ziarah.
2. Masjid Cheng Ho
Pada tahun 1403-1424 Masehi, di saat Kaisar Yongle dari Tiongkok berkuasa, salah seorang laksamananya bernama Cheng Ho sudah pernah mendatangi Palembang sebanyak 3 (tiga) kali dalam misinya berlayar mengelilingi dunia. Cheng Ho memiliki nama asli Ma He, dikenal juga sebagai Ma Sanbao, berasal dari Provinsi Yunnan.
Kisah Cheng Ho menjadi seorang kasim terjadi ketika dirinya ditangkap oleh pasukan Ming ketika menaklukkan Yunnan. Cheng Ho berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam. Laksamana Cheng Ho menjadi salah seorang sosok yang berperan dalam penyebaran ajaran Islam di daerah pesisir Palembang.
3. Benteng Kuto Besak
Benteng Kuto Besak Palembang dibangun pada abad ke-18, tepatnya pada masa kepemimpinan Sultan Mahmud Badaruddin I (1724-1758 M). Di era kepemimpinan selanjutnya Sultan Mahmud Bahauddin (1776-1803 M), benteng ini selesai dikerjakan.
Dalam sejarah Kesultanan Palembang, Sultan Mahmud Bahauddin dianggap sebagai seorang tokoh kesultanan yang realistis dan praktis dalam perdagangan internasional. Selain itu, Beliau juga merupakan seorang agamawan yang pada masa pemerintahannya mampu menjadikan Palembang sebagai pusat sastra agama di Nusantara.
Di era kepemimpinannya, Beliau memindahkan pusat pemerintahan Palembang Keraton Kuto Lamo ke Kuto Besak. Oleh pihak Belanda, Kuto Besak dianggap sebagai nieuwe keraton alias keraton baru.
4. Pulau Kemaro
Pulau Kemaro dikenal sebagai salah satu tempat wisata bersejarah di Palembang yang sering dikunjungi. Pulau ini terbentuk dari penumpukan material yang lama kelamaan menjadi delta Sungai Musi.
Pulau Kemaro terletak sekitar 6 kilometer dari Jembatan Ampera, berada di kawasan industri antara Pabrik Pupuk Sriwijaya, Pertamina Plaju, dan Sungai Gerong.
Di pulau ini terdapat beberapa bangunan bersejarah yang menjadi daya tarik, antara lain: Klenteng Hok Tjing Rio (dibangun tahun 1962), Kuil Buddha, dan Pagoda Berlantai 9 (dibangun tahun 2006). Setiap Tahun Baru Imlek disini rutin diadakan acara Cap Go Meh.
Di depan klenteng terdapat makam Tan Bun An (Pangeran) dan Siti Fatimah (Putri) yang berdampingan. Kisah cinta mereka berdualah yang menjadi legenda terbentuknya pulau ini.
5. Jembatan Ampera
Jembatan Ampera, merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Keberadaan jembatan yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir ini telah menjadi ikon tersendiri dari kota Palembang.
Jembatan Ampera memiliki dimensi panjang 1.177 meter, lebar 22 meter, tinggi 11,5 meter, dan bobot 944 ton. Tinggi dua menara di kedua sisinya adalah 63 meter dari permukaan tanah dan jarak diantara keduanya adalah 75 meter.
Jembatan yang awalnya diberi nama Jembatan Bung Karno ini proses pembangunannya dimulai pada bulan April 1962. Untuk biaya pembangunannya diambil dari sumber dana rampasan perang Jepang. Tenaga ahli yang digunakan pada saat pembangunan juga diambil dari orang Jepang.
Pada tahun 1965, jembatan ini diresmikan. Meskipun asal mula nama yang digunakan adalah Jembatan Bung Karno, pada tahun 1966 namanya diubah menjadi Jembatan Ampera. Di tahun 2002, sempat ada wacana untuk mengembalikan nama Bung Karno sebagai nama Jembatan Ampera ini. Tapi usulan ini tidak mendapat dukungan dari pemerintah dan sebagian masyarakat. (DW)
Referensi:
- https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Palembang
- https://id.wikipedia.org/wiki/Lintas_Rel_Terpadu_Palembang
- https://id.wikipedia.org/wiki/Bukit_Seguntang
- https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Cheng_Ho_Palembang
- https://id.wikipedia.org/wiki/Benteng_Kuto_Besak
- https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Kemaro
- https://id.wikipedia.org/wiki/Jembatan_Ampera