Sunyi dan tak terurus, demikian kesan yang saya dapatkan begitu menginjakkan kaki didepan kawasan berukuran kurang lebih 10×30 meter ini. Masih teringat jelas dalam ingatan bahwa dulunya kawasan ini adalah lokasi parkir bagi para orang tua mahasiswa Universitas Tanjungpura yang ingin melihat anaknya melepas status dari seorang mahasiswa menjadi seorang sarjana. Saya sendiri masih sempat menggunakan lahan parkir ini ketika melaksanakan prosesi wisuda sarjana pada tahun 2005 lalu.
Kondisi Terakhir Pusat Bursa Anggrek Kalimantan Barat
Tidak terasa tahun demi tahun telah berganti, kawasan yang dulunya dibangun demi “menyambut” Bapak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini sekarang sudah tampak hening dan tidak terpelihara dengan baik. Nama yang disandangnya sebagai salah satu Bursa Taman Anggrek Kalimantan Barat saat ini hanya menjadi sebuah kenangan saja. Ya, itulah fenomena yang sering terjadi di negara kita Indonesia tercinta. Apapun dilakukan demi “memanjakan” sang penguasa negara, dana berapapun dihamburkan percuma demi membuat semua rombongan ibukota negara itu merasa nyaman ketika berkunjung ke suatu daerah. Setelah itu, semuanya hanya meninggalkan sebuah bekas saja. Sungguh ironis memang…
Mungkin memang tidak ada salahnya jika kita harus menjamu “tamu kehormatan” yang datang berkunjung ke daerah kita, asalkan masih dalam batas wajar dan tidak menunjukkan ketimpangan sosial menurut saya hal itu wajar-wajar saja untuk dilakukan. Jangan malah seperti yang umum terjadi sekarang, seluruh jalanan yang menjadi jalur utama kunjungan langsung bersih dari segala bentuk sampah. Mulai dari sampah plastik, daun-daun kering, debu pasir, hingga sampai ke pedagang-pedagang kaki lima pun ikut menjadi imbas pembersihan tersebut. Bahkan di Pontianak sendiri, dua buah putaran jalan khusus dibangun untuk itu (baca tulisan lengkapnya disini). Luar biasa bukan???.
Sekarang bagaimana dengan kondisi masyarakatnya sendiri, apakah mereka terperhatikan dengan adanya “kunjungan kehormatan” tersebut. Saya rasa tidak… Sampai-sampai ada sahabat saya yang saat itu sedang berada di salah satu pelosok pedesaan Kalimantan Barat menuliskan sebuah status di wall facebooknya yang bunyinya seperti ini: “Coba seandainya Bapak Presiden sekali-kali berkunjung ke desa dimana saya berada saat ini, pasti seluruh jalur yang akan dilewati menjadi teraspal mulus tanpa lubang sedikitpun. Infrastruktur desa diperbaiki dan yang pasti desa ini akan terang benderang karena dialiri listrik meski hanya selama kunjungan itu dilakukan.”
Ternyata konsep yang sedari dulu telah ada yaitu konsep ABS alias Asal Bapak Senang masih terus dipraktekkan sampai saat ini, semua kekurangan yang dimiliki disimpan dan dikemas serapi-rapinya agar nantinya Bapak Presiden yang Terhormat tidak melihatnya. Mungkin memang benar pada saat Anda sedang berkunjung kesini, taman bunga itu tampak indah berseri karena bunga-bunganya sedang tertata dan terawat rapi. Namun begitu Anda kembali meninggalkan daerah ini, semuanya akan kembali menjadi sebuah taman bunga yang tak lagi berbunga dan kembali sepi. (DW)