Waspada Model Penipuan Online Baru dengan Metode Campaign Produk Berbayar
Semakin berkembang teknologi informasi, maka akan semakin beragam juga tindak kejahatan dengan berbagai modus operandi. Baru-baru ini sebuah aktivitas melakukan campaign produk berbayar terindikasi sebagai salah satu bentuk penipuan dimana yang menjadi target kejahatan adalah ibu-ibu pengguna sosial media.
Model Penipuan Online Baru
Membaca sebuah status yang dibuat oleh salah seorang pemilik akun bernama Hendra Putra, membuat Blogger Borneo tertarik untuk mempublikasikannya di blog ini dengan harapan edukasi mengenai modus operandi penipuan baru dengan kedok campaign produk berbayar tersampaikan lebih luas.
Sebagai salah seorang aktivis Relawan TIK Kalimantan Barat yang juga aktif sebagai seorang Blogger Kalimantan Barat, memberikan literasi mengenai pemanfaatan teknologi informasi secara sehat dan positif merupakan sebuah hal yang WAJIB dilakukan.
Berikut ini merupakan kutipan dari status yang dibuat oleh Bang Hendra Putra di halaman media sosialnya, silahkan dicermati agar kita semua dapat teredukasi dan seminimal mungkin terhindar dari aktivitas-aktivitas dengan modus operandi serupa.
TERKUAK, EMAK-EMAK JADI KORBAN PENIPUAN CAMPAIGN!
Juli kemaren gw melihat ada sebuah lowongan job di sebuah grub FB untuk jadi influencer buat campaign sebuah brand pakaian.
Jadi sistemnya peserta/talent membeli produk mereka sebanyak apapun yg dimau pake uang sendiri dan posting ke feed Instagram dan nanti uangnya diganti termasuk fee untuk posting.
Syarat lainnya untuk ikut campaign ini juga cukup mudah, tidak ada minimal followers dan tidak harus good looking, mau burik pun boleh.
Tapi menurut gw, kok ini to be good to be true ya sehingga ketika join di salah satu grup untuk campaign ini, gw nanya ini itu ke admin/PIC (campaign punya beberapa grup yg adminnya berbeda).
Mungkin karena pertanyaan gw berbau kecurigaan, akhirnya gw dikeluarkan dari grup & ketika gw japri beberapa member lain, mereka juga meyakinkan kalo campaign ini benar kok & durasinya juga udah lama dan peserta periode sebelumnya sudah menerima barang dan pembayaran(ya kalo scam/ponzi kan yg join di awal memang dapat hak yg dijanjikan di mana duitnya dari pembayaran peserta yg gabung belakangan).
Bahkan ada yg emosi ke gw dg kalimat kurang lebih “kalo merasa bakal rugi, gak usah ikut, jangan jadi kompor dan rusuh, merusak mood aja”.
Trus gw dan seorang teman sempat nanya ke kantor pusat brand via DM Instagram dan chat WA ke CS untuk menanyakan campaign ini dan dijawab kalo campaign tsb bukan dari mereka.
Gw masih berpikiran positif, mungkin ini adalah program dari reseller yg berani bakar duit demi mengejar bonus/reward yg besar, misalnya ngincar hadiah mobil harga 500 juta jika mencapai target dg berani bakar duit 300 juta.
Waktu pun berlalu sampe kemaren gw melihat status FB seorang teman yg kena tipu di campaign ini (sebagian barang nggak datang dan pembayaran juga belum masuk), trus gw iseng nge-chat admin grup yg mendepak gw dulu dan beberapa member di sana (grupnya nggak gw hapus, jadi masih bisa ngintip no hp admin dan member).
Dari penelusuran ke mereka didapat info kalo banyak yg orderannya blom dikirim dan uang reimburse blom masuk.
Jadi “struktur organisasi” campaign adalah:
- Ibu Y sebagai markom kantor pusat (ngakunya).
- Admin ibu Y sebanyak dua orang yg berperan sebagai duta 2.
- Duta 2 merekrut duta 3.
- Duta 3 jadi admin/PIC grup yg merekrut talent.
Aliran dananya dari no 4 sampe ke no 1.
Beberapa kejanggalan lain yg gw dapati adalah
- Talent gak boleh nanya ke kantor pusat brand, lha klo beneran campaign tsb, kenapa nggak boleh nanya?
- Campaign ini katanya diadakan olh kantor cabang utk jadi juara omset terbanyak, jika benar ibu Y adalah markom kantor pusat, ngapain dia ngurusin campaign kantor cabang?
- Jika benar bu Y adalah orang kantor pusat, ngapain juga bu Y bikin campaign yg sama untuk brand lain?
- Banyak talent yg udah kirim duit tapi barang gak dikirim dg alasan stock kosong & duit nggak bisa diminta balik dg alasan duit udah masuk ke pencatatan transaksi perusahaan. Lha secara logika akunting, jika nggak ada transaksi, apanya yg dicatat di sistem? Kalo pun sistem PO, memang sih bisa dicatat sebagai penjualan yg dibayar di muka, tapi ini kan mereka gak bilang PO juga utk barang yg kosong.
- Secara itung2an reimburse dan fee, jika benar dilakukan terhadap semua peserta, yg ada mereka jadi rugi, walaupun secara pencatatan penjualan omsetnya tinggi, tapi secara laba nggak ada.
- Syarat campaign begitu gampang, no followers dan nggak ada maksimal peserta. Kalo campaign beneran mereka pasti ada maksimal budget.
Fakta lainnya adalah:
- NIK yg dikasih oleh ibu Y setelah ditelusuri oleh pengacara salah satu korban, ternyata palsu.
- Ibu Y menurut pengakuan pihak brand, bukanlah orang/karyawan mereka.
- Ibu Y punya hutang ke toko cabang brand, padahal kan peserta beli barangnya dengan membayar secara penuh, bahkan harga barang dinaikin oleh ibu Y dibandingkan harga di toko/website brand. Trus uang dari peserta lari ke mana?
- Ibu Y membuat MOU palsu mengatasnamakan dirinya dengan pihak brand.
Yg masih jadi misteri adalah:
- Apakah di atas ibu Y ada pelaku lagi?
- Apakah ada keterlibatan pihak brand dari awal (bagaimanapun kan brand diuntungkan dengan meningkatnya omset dan engangement yg tinggi) atau pelaku kebetulan menyatut brand pakaian ini untuk bahan penipuan dan brand nggak tau apa-apa?
- Untuk campaign yg sama di brand lain, apakah ini komplotan mereka juga?
- Karena NIK ibu Y palsu, apakah nama dan data dia yg lain juga palsu?
Untuk para korban, semoga masalah cepat selesai ya dan kalo rejeki nggak bakal ke mana, anggap aja musibah ini sebagai penggugur dosa atau jadi tabungan di akhirat.
Lagian kan harta yg kita miliki hanya titipan Allah, suka-suka Allah mau ngambil dengan cara apa, termasuk ditipu orang.
Next jadikan hal ini sebagai pelajaran, jangan gampang tergoda untuk sesuatu yg to be good to be true dan tetap gunakan nalar dan logika.
Untuk pihak brand semoga bisa memberi informasi yg jujur kepada publik mengenai hal yg terjadi sebenarnya.
Catatan:
- Tulisan ini sifatnya adalah memberikan informasi dengan mengutip status yang berisikan analisa pribadi pemilik status media sosial facebook bernama Hendra Putra.
Comments are closed.