3 Keuntungan UMKM Memasarkan Produknya di Toko Oleh-Olehnya Sendiri

Image: Facebook.Com/Hatta.Mahyaya

Belanja di toko oleh-oleh memang menyenangkan, apalagi saya pernah berbelanja di daerah lain di luar Kalbar. Berbagai produk unggulan UMKM setempat terpajang dengan harga yang terjangkau, citarasa lezat, juga dikemas dengan kemasan yang bagus dan menarik.

UMKM Kalbar tentu saja tidak ketinggalan dengan cita rasa produk olahan makanan yang lezat, sebagian juga sudah mengemas produknya dengan kemasan yang baik dan menarik, harga juga cukup umum dan terjangkau oleh pembeli.

Hanya saja ada sedikit perbedaan dengan toko oleh-oleh yang saya kunjungi di luar Kalbar seperti di Bandung, Surabaya, Medan, dan Palu. Di sana ada beberapa toko oleh-oleh yang dikelola oleh UMKM sendiri, dengan penataan yang sangat bagus seperti layaknya sebuah minimarket.

Saya berfikir, dan pernah punya konsep, seandainya di Kalbar juga ada toko oleh-oleh yang dikelola sendiri oleh komunitas UMKM pasti akan memberikan nilai tambah dan dorongan semangat pada pelaku usaha.

Bagaimana Caranya ?

Saya memulainya dari konsep biaya promosi yang disediakan oleh UMKM. Mungkin selama ini jarang sekali ada UMKM yang menganggarkan biaya untuk promosi bulanan. Sebagian dari mereka bilang sudah promosi gratis di medsos, padahal kuota internetnya beli, jadi itu masuk dalam biaya promosi.

Toko online ataupun promosi online memang perlu, tapi toko fisik juga sangat perlu mengingat ada banyak juga pembeli yang ingin membeli langsung di toko atau sedang berkunjung ke daerah lain, atau yang sedang berada di dekat lokasi toko oleh-oleh. Nah, ketika mereka membutuhkannya mereka akan mencari toko oleh-oleh terdekat.

Apa saja keuntungan jika komunitas UMKM mengelola toko oleh-olehnya sendiri?

Pertama soal pembayaran akan lebih mudah dan cepat, tidak harus bertempo, jika sudah terjual maka uang dapat diambil setelah dipotong sesuai perjanjian. Hasil potongan ini digunakan untuk biaya-biaya pengelolaan toko seperti gaji karyawan, listrik, air, kemasan, biaya internet untuk penjualan online, dan lain-lain.

Kedua soal aktivitas bersama, jika tokonya berupa ruko dua tingat, maka tingkat bawah digunakan untuk toko penjualan produk, dan tingkat atas digunakan untuk manajemen toko. Tim pemasaran bekerja di lantai atas untuk menjamin lalulintas barang, ketersediaan stok barang, inventarisasi barang, komunikasi dengan pemilik barang, komunikasi dengan pihak travel dan hotel, ketepatan dan kesesuaian pembayaran, pemeliharaan toko, juga melaksanakan kegiatan promosi dan penjualan online.

Jadi produk-produk di lantai bawah juga dijual secara online melalu berbagai platform yang memungkinkan, apakah itu media sosial, market place, website, aplikasi transportasi dan lain-lain. Produk-produk juga dipublikasikan satu persatu di media online sehingga dikenal oleh masyarakat, profil produsen juga diangkat melalui media online baik berupa artikel maupun video. Penjualan langsung juga dapat dilakukan oleh tim pengelola/manejemen toko melalui pasukan sales, reseller ataupun canvasser.

Ketiga soal biaya yang cukup murah jika bergotong royong sebagai komunitas UMKM. Andaikan saja ada 100 UMKM yang cocok dan sepakat dengan konsep ini, dan setiap UMKM mengganggarkan biaya promosi 100 ribu rupiah setiap bulan, maka ada 1,2 juta rupiah untuk satu tahun per UMKM.

Jika semua bersedia, maka setiap UMKM mengumpulkan uang 1,2 juta rupiah di depan atau awal tahun. Artinya dalam waktu singkat tersedia dana 120 jta rupiah di awal tahun. Setengah dari nilai tersebut atau 60 juta rupiah digunakan untuk menyewa sebuah ruko dua lantai di lokasi yang cocok untuk penjualan. Kemudian sisanya dibagi dua lagi.

30 juta rupiah digunakan untuk menata rak-rak di lantai bawah sehingga layak dan menarik sebagai sebuah toko layaknya mini market. Dana 30 juta rupiah lainnya digunakan untuk biaya operasional toko selama 3 bulan kedepan dengan target akan terkumpul hasil keuntungan yang digunakan untuk melanjutkn operasional toko pada bulan ke empat hingga bulan ke dua belas. Produk dapat berupa aneka makanan ringan dan kerajinan.

Jika dalam menjalankan operasional toko ada dana potongan yang dapat disisihkan sebagai penyusutan dari sewa toko, maka akan tersedia dana untuk sewa ruko tahun berikutnya. Jika tidak ada maka bisa menggunakan anggaran biaya promosi tiap UMKM yang tentunya selalu dianggarkan setiap tahun, dikumpulkan lagi, dikelola lagi.

Dengan konsep ini maka UMKM akan mandiri dalam hal pemasaran, dilakukan secara bersama melalui tim marketing handal yang ditunjuk, dan toko dapat dijadikan salah satu tujuan oleh pihak travel. (HSM)

Sumber: Hatta Siswa Mahyaya

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More

Don`t copy text!