Zaman Kemelekan Spiritual Anak Muda Kota Pontianak

BloggerBorneo.com – Muzammil Hasballah memang sangat populer di kalangan anak muda. Ia baru saja menyelesaikan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB).

Karena bersuara merdu mendayu, ia dipercaya menjadi imam Masjid Salman, sebuah Masjid yang berlokasi di Komplek kampus Institut Teknologi Bandung.

Zaman Kemelekan Spiritual

Kedatangan Muzammil Hasballah ke Kota Pontianak adalah yang kedua kalinya. Ia hadir atas prakarsa dari Warga Granada (WG), sebuah komunitas pengajian Pontianak yang berisi mahasiswa dan anak muda.

Kehadirannya yang kedua ini disambut dengan antusias oleh anak-anak muda Kota Pontianak. Area parkir masjid kebanggaan warga Kota Pontianak itu penuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.

Ruang masjid yang berkapasitas 5000-8000 itu pun otomatis penuh sesak dengan jamaah. Bahkan meluap hingga di lantai dasar.

Yang menarik sebagian besar jamaah yang hadir malam tadi adalah anak-anak muda belia. Kalau melihat pakaian dan aksesoris yang mereka kenakan, anak-anak muda itu adalah anak-anak muda biasa, bukan dari kalangan santri atau jamaah pengajian.

Baca Juga:  6 Tips Membuat Carport di Lahan Sempit

Mereka menggunakan celana jins, kaos, kemeja kotak-kotak serta jaket. Banyak pula terlihat anak-anak muda yang berpenampilan ala artis, mengenakan celana jins ketat, rambut acak-acakan, menggunakan jam tangan outdoor serta aneka gelang di tangan.

Pemandangan ini tentu sebuah fenomena yang menarik di Kota Pontianak. Dimana aktivitas berbau keagamaan dan spiritual selalu disesaki oleh anak-anak muda.

Keantusiasan kaum muda Pontianak dengan aktivitas keagamaan ini tak hanya tampak pada malam ini saja. Tapi 3 tahun belakangan ini.

Antusias Kaum Muda

Saya mengikuti fenomena tersebut dan mengenal dekat para aktivis yang menggelar aneka event pengajian yang menyasar anak-anak muda belia.

Ada H.M. Nur Hasan, Ketua Lembaga masjid Munzalan Mubarakan, Ada ustadz Luqmanulhakim, Adi Pratama, Rafli, Lutfi, Frass yang beraktivitas di Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin (PMMAY), ada Qodja Galata (Abdul Qadir Jaelani) Koordinator Majelis Jejak Nabi yang secara rutin menghadirkan da’i-da’i muda kondang seperti Felix Siaw dan Salim Afillah.

Ada juga Yusuf dan kawan-kawan yang malam tadi mengundang Muzammil Hasbalah untuk mengiimami salat di Masjid Raya Mujahidin.

Baca Juga:  Pentingnya Media Sosial dalam Memperkenalkan Komunitas Literasi

Lembaga-lembaga Dakwah yang digerakan anak-anak muda tersebut tak hanya beraktivitas di Pontianak saja. Tapi juga ke daerah-daerah lain seperti di Kota Singkawang dan Kota Ketapang.

Pemandangan kesemarakkannya juga tak jauh beda dengan apa yang terjadi di Kota Pontianak; dipenuhi anak-anak muda belia.

Motif Spiritual Transedental

Aktivitas anak-anak muda pada komunitas-komunitas muslim tersebut ternyata tak hanya concern mengundang da’i-da’i muda saja, tapi meluas pada aneka aktivitas yang bersentuhan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, kepedulian sosial, kesehatan, motivasi dan pengembangan pribadi, literasi bahkan gerakan ekonomi bisnis.

Semua aktivitas itu bukan didorong oleh motif untung rugi. Tapi motif spiritual transedental.

Fenomena yang tampak dalam 3 tahun terakhir ini tak bisa disebut sekedar sebagai sebuah trend budaya pop berdurasi jangka pendek. Saya pribadi melihatnya sebagai sebuah gejala yang kemungkinan besar akan membola salju dimasa-masa selanjutnya.

Apa yang diramalkan oleh futurolog, Jhon Naisbit agaknya akan semakin tampak jelas di Kota Pontianak. Ia mengatakan salah satu kecenderungan besar yang terjadi di dunia adalah terjadinya “Kebangkitan Agama dan Gerakan Zaman Baru”.

Baca Juga:  Napak Tilas Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia

Kesimpulan

Gerakan Zaman Baru (new age) bukan saja menyatakan diri dalam bentuk agama, tetapi menyatakan diri pula dalam berbagai-bagai manifestasi kekuatan-kekuatan sosial, politik, dan melalui berbagai payung ilmu pengetahuan, baik sosiologi, teologia, ilmu fisika, kedokteran, antropologi, sejarah, gerakan pengembangan pribadi, olahraga, maupun fiksi sains!

Di negara-negara maju fenomena kehausan spiritual seperti ini bahkan telah menjadi semacam arus besar kebangkitan spiritual, terutama di Amerika, Inggris, Jerman, Italia, Selandia Baru.

Ekspresinya beragam; mulai dari cult, sect, New Thought, New Religious Movement, Human Potentials Movement, The Holistic Health Movement, sampai New Age Movement. Namun, benang merahnya hampir sama: memenuhi hasrat spiritual yang mendamaikan hati.

Potret seperti ini oleh beberapa pakar sosiologi seringkali disebut sebagai “Zaman Kemelekan Spiritual”.

Sumber: Beni Sulastiyo aka Bungben, Pontianak, 8 Juni 2017

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *